Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4652
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorArison Sani-
dc.contributor.authorArina Ria Choiri, 21211627-
dc.date.accessioned2025-12-05T03:20:47Z-
dc.date.available2025-12-05T03:20:47Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttps://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4652-
dc.description.abstractPenelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya pemahaman yang adil dan kontekstual terhadap konsep ḥūrun ‘īn dalam Al-Qur’an. Istilah ini kerap dimaknai secara literal sebagai bidadari perempuan di surga, sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Kaṡīr (W. 774 H). Namun, mufasir kontemporer seperti M. Quraish Shihab (L. 1944) menghadirkan tafsir yang lebih simbolik dan inklusif, tidak terikat pada makna fisik maupun gender. Perbedaan ini menunjukkan pentingnya kajian mendalam agar makna ḥūrun ‘īn tetap relevan dengan nilai-nilai Islam dan konteks kehidupan modern. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode library research (kajian pustaka). Sumber primer berasal dari Tafsir Ibnu Kaṡīr dan Tafsir Al-Misbah, sedangkan sumber sekunder berupa karya-karya tafsir kontemporer, buku, jurnal, tesis, dan artikel terkait. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu, yang menekankan pada kajian makna kosakata Al-Qur’an, hubungan semantik antaristilah, serta pandangan dunia (Weltanschauung) yang dibangun melalui istilah kunci tersebut. Dengan demikian, penelitian ini berupaya mengungkap makna konseptual istilah ḥūrun ‘īn secara lebih mendalam dalam konteks Al-Qur’an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan penafsiran terhadap ḥūrun ʿīn dalam dua tafsir tersebut terletak pada pendekatan dan cara pandang masing-masing mufasir. Tafsir Ibnu Kaṡīr sebagai representasi tafsir klasik menafsirkannya secara literal sebagai perempuan cantik penghuni surga, dengan penekanan pada aspek fisik dan kenikmatan jasmani. Sebaliknya, Tafsir Al-Misbah menawarkan pendekatan simbolik dan kontekstual; ḥūr dipahami sebagai simbol cinta, kedamaian, dan relasi spiritual yang ideal, bahkan tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu. Perbedaan ini berdampak pada pemahaman Masyarakat. Penafsiran literal cenderung populer namun berisiko memperkuat bias gender, sementara pendekatan kontekstual Quraish Shihab lebih inklusif, relevan dengan tantangan zaman, dan menjaga nilai-nilai universal Al-Qur’an.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherInstitut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectḤūrun ‘Īnen_US
dc.subjectTafsir muqāran (komparatif)en_US
dc.subjectTafsir Ibnu Kaṡīren_US
dc.subjectTafsir Al-Misbahen_US
dc.titleḤurun in (bidadari) Dalam Al-Quran (Studi Komparatif Tafsir Al-Quran Al-Aẓim karya Ibnu Kasir dan Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab)en_US
dc.typeSkripsien_US
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
134-21211627.pdf
  Restricted Access
1.44 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
134-21211627_Publik.pdf
  Restricted Access
1.14 MBAdobe PDFView/Open Request a copy


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.