Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4180
Title: Overthinking Dalam Al-Qur'an Perspektif Tafsir Al-Qur'an Al-Adzhim Karya Ibn Katsir (W. 1373 M)
Authors: Tanzila Silmi Puji Utami, 20211515
Advisor: Nur Izzah Anshor
Issue Date: 2024
Publisher: Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Abstract: Overthinking salah satu gangguan psikologis yang sering dialami oleh seluruh manusia terutama kalangan remaja dan dewasa, di mana mereka merasa terjebak dalam pola berpikir yang berlebihan atau terus-menerus khawatir tentang berbagai hal. Kondisi ini dapat menyebabkan dampak negatif yang cukup besar pada kesehatan mental, termasuk perasaan ketakutan, kecemasan, kegelisahan, dan prasangka buruk yang memengaruhi kesejahteraan emosional dan sosial mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan penelitian berbasis data kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab Tafsir Al-Qur’an AL-ADẒHĪM karya Ibn Katsir (w. 1373 M), yang dibatasi pada enam ayat: QS. Al-Ḥujurāt [49]: 12, QS. Al-Nūr [24]: 12, QS. An-Najm [53]: 28, QS. An-Nās [114]: 4-5, QS. Al-Ma’rij [70]: 19 dan QS. Al-Baqarah [2]: 155 untuk mengkaji respons Al-Qur’an terhadap overthinking. Data sekunder mencakup tulisan Ibn Katsir (w. 1373 M) dalam Al-Qur’an AL-ADẒHĪM: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, artikel, buku, dan jurnal relevan lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dengan metode deskriptif sebagai pendekatan penelitian. Pendekatan yang diterapkan adalah teori maudhui dari kitab Al-Bidāyah fī atTafsīr al-Maudhu’i: Dirāsah Manhajiyyah Maudhu’iyyah. Penafsiran tentang ayat-ayat overthinking menurut Ibn Katisr pada tafsir Al-Qur’an AL-ADẒHĪM Karya Ibn Katsir (w. 1373 M) rincianya sebagai berikut: Pertama, menafsirkan overthinking deang zan (prasangka buruk) terdapat pada QS. An-Nūr [24]: 12, kasus tuduhan keji (fitnah) terhadap Aisyah ra. oleh sekelompok orang, sedangkan QS. Hujurāt [49]: 12, memperingatkan tentang bahaya prasangka dan ghibah (menggunjing), dan QS. An-Najm [53]: 28, ketidakmampuan manusia untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, termasuk tentang orang lain. Kedua, menafsirkan ayat Al-Waswās (keraguan) terdapat pada QS. An-Nās [114]: 4-5, membahasa tentang menjelaskan bahwa bisikan buruk yang disebarkan oleh makhluk gaib tersebut ditanamkan ke dalam dada manusia. Ketiga, Menafsirkan ayat terdapat pada Haluū’a (gelisah) QS. Al-Ma’rij [70]: 19, membahas tentang manusia memiliki kecenderungan untuk merasa gelisah. Keempat, Menafsirkan ayat Khauf terdapat pada (takut) QS. Al-Baqarah [2]: 155, Ketakutan yang disebutkan dalam ayat ini merujuk pada rasa cemas atau khawatir yang mungkin dialami seseorang dalam menghadapi ancaman, bahaya, atau situasi yang tidak menentu. Relevansi penafsiran Ibn Katsir (w. 1373 M) mengenai ayat-ayat AlQur’an terkait overthinking tetap sangat relevan dalam menghadapi prasangka buruk, gelisah, kerguan dan ketakutan. Ini menunjukkan ayat-ayat Al-Qur’an yang penulis teliti sangat bermanfaat sebagai panduan hidup dan solusi dalam situasi tersebut. Namun, penerapan ajaran ini belum tersosialisasikan atau sudah tersosialisasikan tetapi mereka mengabaikannya dan ada juga yang memahami namun tidak menerapkannya, sehingga mengakibatkan overthinking. Penyebab kurangnya pemahaman bisa jadi karena ketidakpahaman terhadap ajaran Islam atau karena mereka lupa atau tidak menyadari ajaran yang sebenarnya sudah ada
URI: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4180
Appears in Collections:Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
186-20211515.pdf
  Restricted Access
1.61 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
186-20211515_Publik.pdf1.29 MBAdobe PDFView/Open


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.