Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1429
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorRomlah Widayati-
dc.contributor.advisorAde Naelul Huda-
dc.contributor.authorSyaifullah, 219410904-
dc.date.accessioned2021-10-05T08:05:25Z-
dc.date.available2021-10-05T08:05:25Z-
dc.date.issued2021-
dc.identifier.urihttp://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1429-
dc.description.abstractPenelitian ini mengkaji tentang ayat-ayat yang dijadikan legitimasi politik, baik dari segi penafsiran para mufassir dengan tujuan mengkonfirmasi relevansi ayat-ayat legitimasi politik dengan kejadian politik dan mengkaji trend, motif dan dampak ayatisasi politik. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dua pendekatan, yaitu: historical approach, karena penelitian ini bersentuhan dengan sejarah dan verifikatif untuk menguji kebenaran suatu fenomena. Penyajian data dalam penelitian ini berupa deskriptif research. Adapun sumber primer penlitian ini adalah pengkaitan ayat-ayat Al-Qur’an dengan kepentingan politik yang terdapat dalam sosial atau ruang publik dan media sosial, seperti; YouTube, Facebook, Instagram, WhatsApp, pamflet atau poster, serta media sosial lainnya yang berkaitan dengan ayatisasi politik. Sedangkan yang menjadi pembahasan di dalam penelitian ini ada lima kasus, yaitu: Menyudutkan partai politik, pemimpin non-muslim, pemimpin perempuan, mengusung khilafah dan pengusung negara Islam. Kelima kasus tersebut pernah dan ada beberapa yang sering terulang di Indonesia. Temuan penulis dalam penelitian ini bahwa ayat-ayat yang dijadikan legitimasi politik ada dua katagori, yaitu: ayatisasi politik dan politisasi ayat. Adapun perbedaan dari keduanya minimal ada dua, yaitu: Pertama: Ayatisasi politik berangkat dari kejadian atau kepentingan politik, kemudian dicarikan atau dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an demi melegitimasinya (min al-Wâqi’ ilâ an-Nash). Sedangkan politisasi ayat berangkat dari ayat Al-Qur’an sebagai alat legitimasi kepentingan politik (min an-Nash ilâ al-Wâqi’). Kedua: Politisasi ayat dilakukan oleh orang-orang yang mengerti tentang maksud ayat, namun dibelokkan maksudnya karena adanya tujuan tertentu. Sedangkan ayatisasi politik lebih umum, boleh jadi dilakukan oleh orang faham tentang maksud ayat, namun memanipulasi maksudnya demi melegitimasi kepentingan politik atau dilakukan oleh orang belum faham maksudnya, kemudian tergesa-gesa untuk menafsirkannya demi suatu kepentingan. Adapun trend ayatisasi dari beberapa trend ayat-ayat yang dijadikan alat legitimasi politik terdapat empat trend, yaitu: Menyudutkan partai Golkar, pemimpin non-muslim (pengutipan ayat oleh Ahok), pemimpin perempuan, pengusung negara Islam (ISIS). Dari berbagai trend ayatisasi di atas memiliki motif yang sama, yakni ingin mendapatkan simpati konstituen supaya mendapatkan suara dan dukungan masyarakat, sehingga mencapai tujuannya. Sedangkan dampak dari ayatisasi politik, di antaranya yaitu: Menimbulkan salah faham tentang maksud dari suatu ayat yang dijadikan alat legitimasi, melahirkan perselisihan dan meresahkan masyarakat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherPascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakartaen_US
dc.subjectTrenden_US
dc.subjectMotifen_US
dc.subjectAyatisasien_US
dc.subjectPolitisasien_US
dc.titleTrend, Motif dan Dampak Ayatisasi di Ruang Publik dan Media Sosial (Analisis Ayat-Ayat yang Dijadikan Alat Legitimasi Politik)en_US
dc.typeTesisen_US
Appears in Collections:Tesis S2 Ilmu Al Quran dan Tafsir

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
219410904-Syaifullah.pdf
  Restricted Access
219410904-Tesis2.25 MBAdobe PDFView/Open Request a copy
219410904-Syaifullah.pdf1.13 MBAdobe PDFView/Open


Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.