Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1011
Title: | Kisah Pemimpin Zalim Perspektif Mufasir (Studi Komparatif Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Azhar) |
Authors: | Alfina Pasca Khaira, 15210638 |
Advisor: | Sofian Effendi |
Issue Date: | 2020 |
Publisher: | Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Al-Qur‟an banyak menampilkan kisah-kisah umat terdahulu, salah satu kisah yang menarik di dalam Al-Qur‟an adalah kisah pemimpin zhalim. Seperti kisah raja Namrud, Fir‟aun, Penguasa Asẖâbul Kahfi, Penguasa Asẖâbul Ukhdûd, dan Abrahah. Dari kisah ini banyak sekali yang dapat kita kaji. Apalagi kisah tersebut masih sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Maka dari itu penulis tergerak untuk melakukan penelitian dalam masalah ini. Penelitian ini memakai penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yang bersumber dari kitab pokok kajian yakni kitab Tafsȋr Al-Munȋr dan Tafsȋr Al-Azhar. Kemudian data pendukung lainnya seperti kitab tafsir, hadis, sejarah, jurnal dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisis ayat-ayat kisah pemimpin zhalim, lalu dikomparasikan sehingga mendapatkan hasil yang jelas. Hasil dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui bahwa penafsiran Wahbah az-Zuẖailȋ (w. 1436 H) dan Hamka (w. 1401 H) memiliki perbedaan, di antaranya Wahbah mengatakan raja Namrud disebut pemimpin zhalim karena ia sombong, arogan, membiarkan rakyatnya mati kelaparan jika bersebrangan dengannya. Hamka mengatakan Namrud contoh wali thâghût. Jika ada pemimpin yang bercirikan Namrud maka dinamai pemimpin thâghût. Pada kisah Fir‟aun Wahbah mengatakan kezhaliman terbesar Fir‟aun adalah membunuh bayi laki-laki dan membunuh orangorang yang tidak bertuhankan dia. Menurut Hamka Fir‟aun contoh pemerintah yang aniaya. Penguasa Asẖâbul kahfi, mengancam para pemuda itu jika tidak mau menyembah patung mereka. Hamka mengatakan dalam kisah ini, zhalim ialah segala perbuatan yang tidak ada dasarnya yang sihat atau dari ilham dan wahyu Illahi. Zhalim juga menempuh jalan yang gelap (zhulm). Penguasa Asẖâbul ukhdûd membakar kaum mukminin yang bertuhankan Allah. Ia pemimpin yang bengis dan keras hati menurut Wahbah. Hamka menguraikan banyak gambaran kezhaliman pada kisah ini. Sedangkan pada kisah Abrahah, Wahbah mengatakan kezhaliman yang dilakukan Abrahah adalah kezhaliman atas hak hamba (kepada manusia lain). sehingga balasannya langsung terlihat di dunia. Hamka mengatakan Abrahah memiliki sifat riya‟dan ingin dipuji dihadapan penguasa di atasnya. Ia seorang pemimpin yang membangkitkan perpecahan antar golongan. Ayat-ayat pemimpin zhalim, ternyata masih sangat relevan di masa sekarang. Karena kita dapat melihat ciri-ciri pemimpin zhalim yang digambarkan dalam kedua penafsiran tersebut memiliki kesamaan dengan pemimpin zhalim sekarang, di antaranya Presiden Donald Trump, dan Narendra Modi yang telah penulis singgung dalam penelitian ini. |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1011 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
15210638.pdf Restricted Access | 1.37 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
15210638_Publik.pdf Restricted Access | 857.67 kB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.